Jakarta — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan pada Kamis, 31 Oktober 2024. Namun, penguatan IHSG terbatas menjelang akhir sesi perdagangan.
Berdasarkan data RTI, IHSG mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,06 persen, menutup perdagangan di posisi 7.574. Sementara itu, Indeks LQ45 mengalami penurunan 0,35 persen, berada di level 921,41. Sebagian besar indeks saham acuan menunjukkan pergerakan yang bervariasi.
Pada perdagangan hari itu, IHSG mencapai level tertinggi 7.617,36 dan terendah 7.558,68. Tercatat, 285 saham melemah, 294 saham menguat, dan 208 saham stagnan.
Frekuensi perdagangan mencapai 1.386.541 kali dengan volume perdagangan sebanyak 21,4 miliar saham, menghasilkan nilai transaksi harian sebesar Rp 13,3 triliun. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan saham senilai Rp 340,75 miliar. Sejak awal tahun 2024, total pembelian saham oleh investor asing mencapai Rp 38,36 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat berada di level Rp 15.690.
Mayoritas sektor saham mengalami penguatan, kecuali sektor basic yang turun 0,12 persen dan sektor infrastruktur yang merosot 0,16 persen. Sebaliknya, sektor kesehatan mengalami lonjakan signifikan sebesar 2,11 persen, menjadi penguat terbesar. Sektor energi naik 1,31 persen, sektor industri menguat 0,59 persen, sementara sektor consumer nonsiklikal dan siklikal masing-masing melesat 0,39 persen dan 0,27 persen.
Sektor keuangan meningkat 0,32 persen, sektor properti naik 0,49 persen, sektor teknologi menguat 0,67 persen, dan sektor transportasi melesat 0,19 persen.
Dalam analisis tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas, pasar saham Asia bergerak bervariasi, dengan serangkaian informasi menjadi fokus perhatian pelaku pasar. National Bureau of Statistics China melaporkan indeks manufaktur meningkat menjadi 50,1 pada Oktober 2024, naik dari 49,8 pada September 2024 dan sedikit di atas ekspektasi pasar yang sebesar 50.
Kenaikan ini menandai ekspansi pertama dalam aktivitas pabrik sejak April 2024, memberikan petunjuk bahwa langkah-langkah stimulus oleh China berdampak positif terhadap ekonomi. Selanjutnya, pasar akan mengawasi Kongres Rakyat Nasional yang dijadwalkan berlangsung dari 4 hingga 8 November, di mana pengumuman terkait utang dan inisiatif fiskal diantisipasi.
Pelaku pasar juga menunggu keputusan kebijakan dari Bank of Japan, yang diharapkan mempertahankan suku bunga saat ini di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik.
Di dalam negeri, investor asing semakin berinvestasi dalam obligasi Indonesia, dengan Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan net inflow pada Oktober 2024, menjadi pembelian terpanjang dalam enam bulan terakhir sejak 2017. Ini dipicu oleh sinyal disiplin fiskal dari pemerintah dan inflasi yang terkendali, yang meningkatkan minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Top Gainers:
- DKFT: +34,21%
- SKLT: +34,12%
- GPSO: +34,03%
- BTEK: +33,33%
- URBN: +26,28%
Top Losers:
- ASPI: -21,26%
- BDKR: -20,88%
- TNCA: -15,48%
- MDRN: -12,50%
- CNKO: -12,50%
Saham Teraktif Berdasarkan Frekuensi:
- AWAN: 147.748 kali
- BSBK: 59.027 kali
- BBRI: 43.077 kali
- PSAB: 40.827 kali
- BTEK: 34.869 kali
Saham Teraktif Berdasarkan Nilai:
- BBRI: Rp 1,5 triliun
- BBCA: Rp 1 triliun
- BMRI: Rp 854,4 miliar
- PTRO: Rp 461,5 miliar
- ASII: Rp 398,2 miliar
TAGS: